04 Jemaat di Tiatira

Kita akan belajar tulisan yang ditujukan kepada jemaat di Tiatira. Mari kita baca terlebih dahulu ayatnya;

Wahyu 2:18  “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga: 

Wahyu 2:19  Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama. 

Wahyu 2:20  Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala. 

Wahyu 2:21  Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. 

Wahyu 2:22  Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu. 

Wahyu 2:23  Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya. 

Wahyu 2:24  Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu. 

Wahyu 2:25  Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang. 

Wahyu 2:26  Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; 

Wahyu 2:27  dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk–sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku– 

Wahyu 2:28  dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur. 

Wahyu 2:29  Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” 

Kota Tiatira adalah kota yang terkecil dari 6 kota lainnya yang disebutkan dalam surat kepada ketujuh jemaat di Asia kecil. Kota ini tidak memiliki kuil seperti kota Smirna dan Pergamus. Tiatira adalah kota industri dan perdagangan, sekalipun kecil namun kota ini kota yang kaya. Di sini juga ada industri zat warna ungu yang sangat mahal harganya. Zat warna ungu ini dibuat dari akar tumbuh-tumbuhan yang hidup di situ.

Karena di Tiatira banyak perdagangan maka ada banyak serikat pekerja di sana. Serikat-serikat pekerja ini memiliki upacara-upacara dalam kegiatan mereka dan upacara-upacara serikat pekerja tersebut dimulai dan diakhiri dengan penyembahan berhala, kemabukan dan segala macam dosa. Mereka yang menjadi anggota serikat pekerja, sulit untuk menghindar dari upacara kafir dan segala kegiatannya. Dan di Tiatira situ tampaknya ada seorang yang memiliki pengaruh yang kuat dan diberi julukan “Izebel”. Ia menghasut jemaat di Tiatira untuk berkompromi dalam penyembahan berhala dan perzinahan dalam kegiatan di serikat pekerja tersebut.

Di wahyu 2:18 dikatakan “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga. Sebenarnya hal ini telah disebutkan sebelumnya di Wahyu Rev 1:14-15  Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api. Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah.

Menurut Commentaries dari David Guzik, arti dari mata-Nya bagaikan nyala api adalah bahwa mata Allah dapat melihat setiap hal yang tersembunyi dari manusia sebab Allah adalah Allah yang mahatahu. Menurut Commentaries dari Jamieson-Fausset-Brown, arti dari “kaki-Nya bagaikan tembaga” adalah; Ia akan menginjak dosa-dosa dengan kaki-Nya yang kuat. Perlu diketahui bahwa tembaga pada zaman itu adalah bahan terkuat dan kokoh sekali.

Kemudia di Wahyu 2:19 dikatakan “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.” Seperti yang telah saya sampaikan pada khotbah yang lalu bahwa perkataan ini menunjukkan bahwa Allah benar-benar tahu semua pekerjaan kita, termasuk di dalamnya semua kesulitan dan pergumulan dalam pekerjaan kita. Bukan hanya pekerjaan namun juga dalam pelayanan kita dan ketekunan kita dalam pelayanan ini. Maka hal ini dapat diartinya bahwa Allah tahu semua yang sedang kita kerjakan, semua jerih lelah kita dalam pelayanan sekalipun tidak ada yang memuji, bahkan ironisnya kadang pelayanan kita tidak dianggap dan dihargai. Namun percayalah bahwa di hadapan Allah semuanya itu diperhitungkan oleh Allah sendiri.

Sekalipun jemaat di Tiatira sungguh luar biasa dalam pekerjaan dan pelayanan, namun Tuhan Yesus mencela mereka karena seperti dikatakan di Wahyu 2:20  bahwa jemaat Tiatira membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah untuk mengajar dan menyesatkan para jemaat untuk berbuat zinah dan makan persembahan berhala. Karena itulah Tuhan Yesus datang kepada jemaat Tiatira sebagai Hakim yang siap menghukum dosa-dosa Izebel dan mereka yang mengikuti jalannya. Perlu diketahui bahwa bagi bangsa Israel, nama Izebel adalah sebuah sindiran untuk mereka yang murtad dan kepada mereka yang melawan Allah Israel, sudah tentu bukanlah Izebel yang ada di PL seabgai istrinya Raja Ahab.

Pada masa itu, Izebel memberikan pengaruh pada sinkritisme, paganisme, nubuatan palsu, perzinahan, percabulan, ramalan merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh para penyesat dengan mengatasnamakan Allah Israel. Hal-hal inilah yang banyak menyesatkan jemaat di Tiatira pada masa itu. Sekalipun mendapat pujian dari Tuhan Yesus, tetapi mereka membiarkan aksi Izebel tersebut dan hal ini memberikan pengaruh yang sangat buruk kepada jemaat.

Di Wahyu 2:21-22 dinyatakan sebuah ultimatum Tuhan Yesus kepada pribadi yang dijuluki sebagai Izebel bahwa Tuhan Yesus telah memberikan waktu untuk bertobat namun ia tidak mau bertobat dari zinahnya. Dari hal ini kita bisa belajar bahwa Tuhan Yesus itu bukan maha sabar, atau sabar tanpa batas. Tuhan Yesus itu panjang sabar dan bukan maha sabar. Karena itulah kesabaran Tuhan Yesus ada batasnya, sehingga ketika Izebel telah diberi waktu untuk bertobat namun tidak bertobat juga, maka Tuhan Yesus memberikan sakit penyakit yang mematikan. Dari hal ini kita juga belajar bahwa terkadang ada sakit penyakit yang asalnya karena dosa-dosa kita sendiri. Bila sakit penyakit karena dosa kita sendiri maka kita perlu memohon ampun dan bertobat.

Ternyata yang mendapatkan hukuman bukan hanya Izebel, namun juga semua orang yang telah berbuat zinah dengannya mendapatkan hukuman dengan mendapatkan kesukaran besar bila tidak bertobat dari dosa-dosa mereka. Dari hal ini kita belajar bahwa mengambil bagian dalam sebuah kejahatan adalah sama jahatnya dengan orang yang melakukan kejahatan. Izebel dihukum, dan orang yang terpikat dengannya juga dihukum. Dalam penyesatan seperti yang dilakukan oleh Izebel, maka kita tahu bahwa Izebel sebagai penyesat mendapat hukuman dari Tuhan. Lalu bagaimana dengan mereka yang disesatkan? Ternyata yang disesatkan juga mendapatkan hukuman dari Tuhan sendiri.

Karena itulah sebagai jemaat Tuhan, kita memiliki tanggung jawab masing-masing untuk memastikan semua ajaran yang kita dengar, kita yakini dan kita lakukan adalah benar-benar sesuai prinsip Firman Tuhan. Bila kita disesatkan karena pengajaran yang salah karena kita menerima mentah-mentah pengajaran yang kita dengar dan yakini, maka kitapun turut mendapatkan hukuman sama seperti orang yang menyesatkan.

Di Wahyu 23 dikatakan, “Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.” Di sini kita melihat bahwa Tuhan Yesus benar-benar tegas dengan teguran yang mengerikan bagi wanita Izebel ini. Bukan saja Izebel yang akan mendapatkan hukuman, tetapi juga keturunannya akan dihukum mati oleh Tuhan Yesus sendiri. Dalam hal ini tentu saja keturunan dari Izebel juga melakukan kejahatan sama seperti Izebel sehingga Tuhan Yesus hendak menghukum Izebel beserta keturunannya.

Celakanya, di zaman sekarang kita bisa melihat tindak tanduk atau ajaran Izebel ada di sebagian gereja. Di situ mereka suka dengan sinkritisme antara kekristenan dan perdukunan, misalnya mendoakan seseorang dengan menerawang atau bernubuat. Dan lebih sering nubuatan yang disampaikan adalah keliru namun toh tetap dipercayai karena tindak tanduknya tampak meyakinkan, apalagi menggunakan legalitas nama Tuhan Yesus. Sehingga oknum-oknum seperti ini bebas berkeliaran di gereja Tuhan, berkhotbah, muncul dalam ketenaran di media sosial dan menyesatkan banyak orang.

Kalau mau jujur, berapa banyak mereka yang berada di mimbar melakukan nubuatan dan berapa banyak diuji keberhasilannya? Anehnya, jemaat suka sekali dengan nubuatan, ramalan atau penerawangan. Ironisnya ketika semua itu tidak terjadi, jemaat tidak melakukan apapun terhadap orang-orang seperti ini.

Hal inilah yang sebenarnya terjadi pada masa Tiatira, dan Izebel sebagai penyesat beserta mereka yang disesatkan bahkan juga keturunan Izebel hendak dihukum oleh Tuhan Yesus.

Di Wahyu 2:24 dikatakan, “Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu.” Dari hal ini kita belajar bahwa ternyata di masa itu ada perpecahan di dalam gereja, sebagian ada yang setuju dan mendukung gerakan Izebel, sementara sebagian lagi masih konservatif dan menolak praktik-praktik sinkritisme, perdukunan, penyembahan berhala, dan perzinahan rohani ataupun fisik di antara para jemaat.

Mungkin kita bisa bayangkan betapa terancamnya jemaat di Tiatira ketika menghadapi ajaran sesat dan perpecahan. Dan kepada mereka yang mungkin dianggap kuno, kolot dan konservatif inilah justru Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia akan meluputkan mereka dari kesulitan dan penderitaan.

Ketika ada perbedaan yang sedemikian besar di jemaat Tiatira, pastilah mereka yang tersesat dan penyesat akan melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang mendapatkan hukuman dari Tuhan secara langsung, sementara sebagian jemaat yang tidak menderita, hidup mereka seolah-olah diteguhkan bahwa mereka dilindungi dan diluputkan dari penderitaan.

Dari ajaran ini, kitapun juga harus ketahui bahwa perlindungan yang terjadi kepada sebagian jemaat yang taat dan setia kepada Kristus, hanya terjadi pada masa itu dan pada jemaat Tiatira saja. Jangan diasumsikan bahwa hal ini juga terjadi pada semua orang percaya di semua tempat dan di semua masa. Ingat bahwa tulisan kepada 7 jemaat di Asia kecil ini, ada juga jemaat di Efesus yang menderita karena nama Tuhan Yesus, ada jemaat di Smirna yang kesulitan karena kesusahan dan kemiskinannya namun setiap kepada Tuhan Yesus dan kepada jemaat di Pergamus yang setia dan tidak menyangkal iman namun harus menderita karena kesetiaannya.

Khusus di jemaat Tiatira, Tuhan Yesus sengaja membuat perbedaan yang jelas antara jemaat yang setia kepada Tuhan Yesus dengan Izebel dan keturunannya dan para pengikutnya.

Di Wahyu 2:25  dikatakan “Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang”. Tuhan Yesus ingin agar jemaat Tiatira tetap setia kepada Tuhan sampai Tuhan datang. Tentu saja yang dimaksudkan dengan frasa”sampai Aku datang” bukanlah sampai kiamat, karena tidak ada manusia yang hidup di zaman itu sampai masa sekarang ini. Maka kita dapat simpulkan bahwa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus dengan perkataan tersebut adalah sampai Tuhan datang menjemput mereka masuk ke dalam kehidupan kekal di surga mulia, atau dalam bahasa sederhananya adalah kematian.

            Sehingga kita dapat memahami ayat di Wahyu 2:26-27 yang dikatakan, “Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa;  dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk–sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku—” maka konteks kalimat tersebut dapat dipahami bahwa jemaat Tiatira telah berada di surga dan bukan di dunia, dan hal ini berbicara di masa yang akan datang kelak ketika mereka sudah dijempuat Tuhan sendiri dan berada di surga.

Menurut Commentary dari Joseph Benson, ia mengatakan bahwa semua orang kudus-Nya dari jemaat Tiatira kelak akan dibangkitkan dari kematian, dan berpakaian dengan jubah kemuliaan, akan duduk bersama Tuhan di singgasana-Nya, dan Tuhan akan memerintah bangsa-bangsa yang melawan Allah dengan tongkat besi, dan yang tidak mau tunduk akan hancur berkeping-keping. Tentu saja mengenai hal di masa yang akan datang ini, tidak ada seorangpun yang dapat membayangkannya akan seperti apa atau bagaimana, karena semuanya masih belum jelas dan samar-samar.

Kita lanjutkan pembahasan kita di Wahyu 2:28  dikatakan, “dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur.” Menariknya, frasa Bintang Timur muncul juga di Yes 14:12  “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Dan dalam versi Vulgata yang merupakan Alkitab bahasa Latin pada abad ke 4, frasa bintang Timur di Yes 14:12 tersebut dituliskan sebagai Lucifer, yang kemudian diikuti dengan Alkitab Versi King James dan sejak itulah kata Lucifer identik dengan nama Iblis, yang mana sebenarnya kata Lucifer sama sekali bukan nama iblis. Commentary dari John Gill menegaskan bahwa Lucifer bukanlah setan.

Bahkan di Wahyu 2:28 disebutkan bahwa bintang Timur ini merupakan karunia yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada jemaat di Tiatira. Kalau konsisten dengan pengertian bahwa bintang timur adalah iblis seperti di Yes 14:12, maka ini berarti bahwa Tuhan Yesus sedang mengaruniakan iblis kepada jemaat Tiatira. Jelas tidak mungkin bukan? Kalau begitu, apakah arti dari bintang Timur itu?

Dalam bahasa Ibrani, bintang timur adalah heylel yang berarti: pembawa terang. Maka arti dari Tuhan Yesus mengaruniakan bintang timur adalah, Tuhan Yesus mengaruniakan jemaat Tiatira menjadi terang bagi kegelapan di sebagian jemaat Tiatira yang kehidupannya mengikuti hasutan Izebel. Dari hal ini kita belajar bahwa ketika kita setia kepada Tuhan di tengah kegelapan dunia yang semakin jahat ini, maka kita sebenarnya menjadi heylel, atau Lucifer dalam versi Vulgata atau bintang timur atau pembawa terang. Hidup kita harus bercahaya bagi dunia yang gelap ini.

Dan di akhir suratnya, Tuhan Yesus berkata di Wahyu 2:29  “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” Artinya bila jemaat Tiatira memiliki telinga, dan memang kenyataannya memang mereka memiliki telinga, maka jemaat Tiatira harus mendengarkan apa yang dikatakan Roh Allah kepada jemaat. Dan bagi kita yang mendengarkan khotbah ini juga haruslah mendengarkan apa yang Firman Tuhan katakan pada saat ini agar kita menjadi terang bagi kegelapan di dunia yang semakin gelap dan tidak mengikuti tawaran dunia yang begitu menawan bagi kedagingan kita. Setialah kepada Tuhan, sekali Tuhan Yesus, tetap Tuhan Yesus sampai selama-lamanya. Amin

Ps Jimmy Lizardo



05 Jemaat di Sardis 01