Kita sampai pada akhir dari seri khotbah ucapan berbahagia yang disampaikan oleh Tuhan Yesus di bukit. Kita akan bersama-sama belajar di ayat Mat 5:12 “Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”
Setelah kita belajar 9 ucapan bahagia sebelumnya, kini kita akan belajar ucapan bahagia yang ditutup oleh Tuhan Yesus dengan sebuah janji yang akan diberikan kepada kita. Bila 9 ucapan bahagia sebelumnya menunjukkan sebuah “penderitaan” yang kita tanggung, maka di ucapan bahagia yang terakhir ini merupakan sebuah reward atau hadiah yang akan Tuhan berikan kepada kita anak-anak-Nya yang setia kepada-Nya.
Tuhan Yesus ingin menunjukkan kepada pendengarnya di masa itu bahwa setiap penderitaan yang dialami dan diterima karena nama Tuhan tidak akan sia-sia, semua penderitaan yang diterima dan dialami karena Nama Tuhan akan mendapatkan upahnya.
Tetapi satu hal yang harus kita ketahui adalah bahwa upah yang dijanjikan ini sama sekali bukanlah upah secara materi seperti kekayaan, popularitas dan juga kemewahan duniawi. Tuhan Yesus berkata bahwa upah yang akan kita terima ketika kita mendapatkan “kemiskinan”, dukacita, penganiayaan dan sebagainya, maka upah yang akan kita terima adalah upah yang akan kita nikmati di surga mulia.
Dari hal ini kita belajar bahwa Tuhan Yesus sama sekali tidak berjanji sesuatu yang dipikirkan oleh para pendengar pengajarannya saat itu dan para pembaca Injil seperti kita semua. Tidak ada janji kekayaan secara materi sama sekali. Namun celakanya begitu banyak hamba Tuhan yang mengkhotbahkan mengenai tema “kemakmuran” dan “kekayaan” seolah-olah setelah kita mengalami penderitaan yang tidak seharusnya kita tanggung maka sebagai kompensasinya kita akan mendapatkan kekayaan secara materi dan popularitas di dunia ini.
Hal ini jelas sama sekali salah dan menyesatkan. Khotbah yang Tuhan Yesus sampaikan ketika itu ternyata sudah begitu menyimpang dengan khotbah para hamba Tuhan di masa sekarang ini. Ironisnya lagi adalah para pendengar memang menyukai khotbah-khotbah yang bertemakan janji kekayaan dan popularitas, bahkan juga seringkali ditampilkan contoh-contoh kesaksian dari seorang yang telah berhasil secara materi dan menjadi populer seseorang karena mengikut Tuhan.
Kalau kita melihat dengan mata terbuka, berapa banyak orang-orang yang pernah bersaksi di mimbar mengenai keberhasilannya di dalam hal kekayaan ataupun popularitasnya kemudian redup dan mengalami kebangkrutan? Bahkan tidak sedikit para artis dan selebritas rohani yang diberikan panggung di mimbar gereja, ternyata di kemudian hari mereka malah meninggalkan imannya.
Bagaimana kita sebagai anak-anak Tuhan menyikapi hal ini? Tuhan Yesus tidak pernah menjanjikan sama sekali harta benda yang melimpah di dunia, bahkan semua itu dikejar bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Mat 6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
Ironis sekali memang bahwa sementara Alkitab mengatakan bahwa semua kekayaan materi itu dicari oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, gereja dan para hamba Tuhan malah menawarkannya melalui mimbar dan khotbah-khotbahnya.
Khotbah yang menjanjikan kemakmuran, kekayaan dan popularitas memang sangat diminati oleh para pendengar, namun seperti yang pernah saya khotbahkan beberapa waktu sebelumnya, bahwa untuk mendapatkan kekayaan dan popularitas, orang Ateispun dapat melakukannya. Ketika seseorang bekerja keras dan meningkatkan skill mereka, maka orang-orang ini akan berhasil di dunia profesional mereka.
Sementara anehnya, orang-orang Kristen justru merasa bahwa dengan banyak berdoa, dengan banyak sedekah dan banyak mengklaim Firman Tuhan yang disampaikan, semua itu bisa menggantikan kerja keras dan kompetisi di dunia kerja. Saya mau katakan sekalipun ini mungkin hal yang pahit bagi pendengar semuanya; bahwa hal-hal rohani tidak dapat menggantikan hal-hal jasmani.
Kalau kita ingin sukses, ingin diberkati secara materi, maka yang kita lakukan adalah bekerja dengan sungguh-sungguh dan meminta hikmat serta perlindungan Tuhan dari orang-orang jahat disekitar kita. Bukan malahan menggantikan kerja keras dengan rajin beribadah, rajin bersedekah, rajin berpuasa. Cara berpikir seperti ini benar-benar menyesatkan banyak orang.
Saudara, saya mengetahui bahwa Allah sebagai Bapa tentu memberikan yang terbaik dari yang Ia punya kepada diri kita, namun kita harus melihat bahwa janji-janji ini bukanlah mengenai hal-hal materi. Pada minggu lalu telah saya sampaikan bagaimana kematian para Rasul yang begitu tragis dalam kacamata manusia, padahal mereka taat kepada Tuhan secara total. Apakah para Rasul ini mendapatkan kekayaan secara materi dan kemewahan hidup? Mereka memang menjadi populer, namun bukan karena nama mereka melainkan karena mereka berani mati demi nama Tuhan Yesus.
Seharusnya para pengkhotbah di sepanjang masa terus mengkhotbahkan kebenaran Firman Tuhan yang sehat dan seimbang, tidak menekankan salah satu bagian saja. Demikian juga dengan khotbah yang saya sampaikan, saya juga tidak bermaksud mengkhotbahkan Injil penderitaan, bahwa semakin menderita seseorang dalam mengikut Tuhan maka orang itu adalah orang yang paling berkenan di hadapan Tuhan. Ini juga konsep yang sama sekali salah.
Ingat di khotbah saya yang lalu, saya menyampaikan bahwa semua penderitaan yang terjadi adalah karena nama Tuhan, dan bukan sama sekali kita dengan sengaja mencari penderitaan. Saya tidak menganut Teologi Penderitaan dan mengecam berkat dan kekayaan. Namun saya mengecam khotbah yang menutupi penderitaan karena salib dengan tawaran kekayaan dan popularitas di mimbar-mimbar yang membuat iman jemaat menjadi sangat lemah dan mudah berpaling ketika mengalami penderitaan.
Injil yang baik adalah Injil yang menekankan keseimbangan dari semua apa yang tertulis di Alkitab. Alkitab berbicara penderitaan karena mengikut Tuhan, dan Alkitab juga mengajarkan kepada pembacanya agar bekerja dengan rajin seperti semut agar dalam pekerjaannya itu diberkati oleh Tuhan dan bahkan menjadi berkat bagi sesama.
Dan jangan pernah membalik kebenaran Firman Tuhan dengan cara berpikir bahwa ketaatan kepada Tuhan, rajin beribadah, bersedekah dan doa dapat menggantikan kerja keras di dunia profesional. Jangan juga berpikir bahwa seorang yang memiliki banyak berkat materi adalah ciri orang yang benar di hadapan Allah. Kesalahan-kesalahan seperti ini begitu banyak terjadi di gereja-gereja besar karena khotbah yang bombastis mengenai kekayaan dan materi sangat laku ditelinga jemaat.
Namun saya berusaha memberikan ajaran yang sehat sehingga terkadang khotbah yang saya sampaikan menjungkirbalikkan cara berpikir kita. Semakin kita tersentak, hal itu semakin baik karena membuat kita tersadar dengan kesalahan yang selama ini kita alami.
Perhatikan bahwa ketika Tuhan Yesus di masa lalu datang ke dunia dan memberitakan tujuannya yaitu untuk mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia, Tuhan Yesus sama sekali tidak mengajarkan para muridnya bagaimana mendapatkan kekayaan di dunia ini, tidak mengajarkan bagaimana cara menjadi populer dan dikejar oleh banyak orang.
Di antara segala zaman, mulai dari penciptaan Adam hingga di masa saat ini, Tuhan Yesus datang ke dunia hanya 1 kali saja yaitu kira-kira 2000 tahun yang lalu, dan di masa yang penting itu Tuhan Yesus hanya hidup kira-kira 33.5 tahun.
Di antara hidupnya yang pendek itu, Tuhan Yesus mengajar dengan sangat singkat, kira-kira 3.5 tahun saja. Dan di waktu 3.5 tahun yang singkat itu, Tuhan Yesus pastilah memberikan pengajaran-pengajaran yang benar-benar sangat penting untuk diketahui dan dijalankan oleh para pengikut-Nya. Dan dari semua ajaran yang Tuhan Yesus sampaikan itu, tidak ada pengajaran yang mengajarkan cara mendapatkan kekayaan dengan mudah, tidak ada ajaran yang mengajarkan mendapatkan harta duniawi. Tuhan Yesus justru mengajarkan bahwa ada salib yang harus dipikul kalau mengikuti ajaran-Nya. Ada penderitaan yang harus di hadapi bila berjalan bersama-Nya.
Dari hal ini, seharusnya kita para pengkhotbah menyadari bahwa Injil yang Tuhan Yesus sampaikan bukanlah Injil murahan yang mengejar hal-hal materi, di mana materi ini pada akhirnya akan hilang lenyap.
Dalam khotbahnya di bukit, Tuhan Yesus tidak menjanjikan satu hal pun yang berkaitan dengan hal materi, bahkan harus merelakan diri kita sebagai anak-anak-Nya untuk rela dianiaya, dicela, difitnahkan segala yang jahat dan bahkan menderita sampai mati.
Namun Tuhan Yesus tidak “tutup mata” terhadap semua penderitaan kita, melainkan Ia berkata bahwa semua penderitaan yang kita alami akan mendapatkan upah di surga mulia. Mat 10:39 mengatakan, “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”
Penutup
Karena itu Saya mengajak kita semua untuk tetap setia mengikut Tuhan Yesus, sekalipun ada salib yang harus kita pikul, sekalipun ada penderitaan karena Nama Tuhan, tetaplah setia dan jangan meninggalkan Tuhan, karena sekalipun nyawa kita menjadi taruhannya, percayalah kalau Tuhan akan memberikan upah yang terbaik untuk kita anak-anak-Nya di surga mulia kelak.
Saya tutup khotbah saya dengan membacakan ayat di Roma 8:35-39 demikian:
Rom 8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
Rom 8:36 Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.”
Rom 8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Rom 8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
Rom 8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Amin.
Ps Jimmy Lizardo