Penderitaan dan Kasih Allah
Ps Jimmy lizardo
Pada saat ini kita akan belajar bersama-sama mengenai kebenaran Firman Tuhan yang bertema “Penderitaan dan Kasih Allah”. Ada banyak orang berpikir bahwa ketika kita mengikut Tuhan Yesus, pasti akan mendapatkan perlindungan, berkat melimpah, hidup yang tanpa masalah dan selalu akan naik serta tidak akan turun, menjadi kepala dan bukan ekor dan seterusnya.
Lalu bagaimana dengan orang-orang Kristen yang menderita? Apakah mereka adalah orang-orang yang kurang iman, atau orang-orang yang dikutuk oleh Tuhan? Pada hari ini kita akan belajar bersama-sama mengenai hal ini.
Satu hal yang harus ada dipikiran kita adalah bahwa “Penderitaan bukan bukti bahwa Allah tidak mengasihi kita.” Ini yang harus kita camkan lebih dahulu di hati dan pikiran kita. Biasanya, seseorang merasa kalau dikasihi dan menjadi “biji mata-Nya Allah” adalah ketika orang itu seorang yang kaya, sehat, hidup dengan damai, keluarga saudara rukun, dsb. Dengan kondisi yang demikian, tentu tidak sulit untuk percaya bahwa Allah mengasihi kita.
Namun apakah benar bahwa manusia tidak memiliki penderitaannya masing-masing? Pada kenyataannya semua orang punya penderitaannya sendiri-sendiri. Anak kecil berjuang untuk belajar berjalan, berlari, membaca, menulis, berhitung, hal-hal demikian sudah membuat banyak anak-anak menderita. Belum lagi anak-anak remaja yang mencari jati diri, dan tidak sedikit yang tersesat hingga kehilangan panutan, sebagian menjadi lesbian atau gay, sebagian sering membuat onar dan menjadi preman. Belum pergumulan orang tua akan ekonomi, pekerjaan, kesehatan, dan sebagainya. Bahkan bukan hanya itu, ada juga orang-orang yang mengalami penderitaan sangat hebat. Seperti anak kecil yang gagal ginjal, mengalami polio sejak kecil hingga tua. Pertanyaannya adalah Apakah orang-orang ini bisa merasakan bahwa Allah mengasihi mereka?
Kita harus tahu bahwa ketika Tuhan menciptakan manusia yaitu Adam dan Hawa, Tuhan tidak memberikan penderitaan kepada mereka. Tapi kemudian mereka jatuh di dalam dosa. Mereka memakan buah yang dilarang oleh Tuhan untuk mereka makan. Sejak itulah penderitaan datang ke dunia karena dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa. Jadi, penderitaan yang ada di dunia bukanlah disebabkan oleh Tuhan, melainkan oleh manusia sendiri. Karena jelas bahwa kehadiran penderitaan dalam hidup kita tidak boleh menjadi dasar untuk mengatakan bahwa Tuhan tidak mengasihi kita atau bahkan membenci kita.
Mari kita perhatikan Rom 5:8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Sesuai dengan Rom 5:8 yang kita baca tadi, ini merupakan sebuah bukti bahwa kematian Kristus adalah bukti kasih Allah itu sendiri. Kristus adalah Tuhan sendiri yang menjadi manusia karena cinta-Nya kepada kita. Tuhan menjadi manusia atau daging atau turun dari surga ke bumi jelas merupakan sebuah langkah mundur yang luar biasa, yang jelas melibatkan penderitaan yang dahsyat.
Ilustrasinya begini; Kalau kita sudah terbiasa tinggal di kota besar seperti Jakarta misalnya, sudah terbiasa tidur di kasur empuk, memakai AC, kamar mandi yang bersih dan nyaman, memasak dengan kompor listrik, memakai kendaraan ke manapun, lalu suatu saat karena kebangkrutan tiba-tiba kita harus pindah ke desa terpencil, tanpa listrik, tidur di atas tikar, tidak ada AC, minum air dari sungai yang mana sungai tersebut untuk mandi dan MCK, memasak dengan kayu bakar dan mengambil air sungai, maka semua ini bagaikan penderitaan yang luar biasa. Tentu kalau boleh memilih, kita semua ingin hidup yang nyaman, baik dan bahagia.
Sementara Tuhan Yesus turun dari Surga ke dunia merupakan penderitaan yang jauh lebih besar daripada sekedar kita orang kota yang turun ke desa seperti yang saya sampaikan tadi. Namun karena cinta-Nya kepada kita, maka Tuhan Yesus rela turun dari surga ke dunia untuk mati. “Allah menunjukkan kasihNya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita…”.
Dikatakan bahwa Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita dengan menunjukkan kematian Kristus untuk kita. Ini benar-benar sesuatu hal yang sangat luar biasa yang telah Allah kerjakan untuk kita, bahwa cinta Allah ditunjukkan dengan sebuah kematian dari Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus untuk dosa-dosa kita.
Ilustrasi yang saya sampaikan tadi, tentu bukanlah ilustrasi yang sebanding dengan apa yang Tuhan Yesus alami. Bayangkan bahwa turunnya Tuhan Yesus ke dunia ini, adalah karena kesalahan manusia. Dan karena kesalahan manusia itu sendiri, maka Tuhan turun ke dunia, dan mengalami hinaan oleh manusia sendiri, dianiaya oleh ciptaan-Nya sendiri, dan akhirnya disalibkan karena dosa-dosa manusia. Ini adalah pengorbanan yang sungguh terlalu besar bagi kita untuk bisa memahaminya.
Lalu pertanyaan penting yang harus kita jawab adalah, “Mengapa Dia harus mati bagi kita?” Jawaban atas pertanyaan ini adalah karena “Allah itu adil, dan karena keadilannya, maka semua dosa manusia akan mendapatkan hukuman.” Karena kita adalah manusia berdosa, maka Allah harus menghukum manusia.
Karena Allah yang tidak ingin kita mendapatkan hukuman, maka Yesuslah yang kemudian memikul hukuman kita. Karena itulah Yesus mati di kayu salib. Kalau kita sadar alasan Yesus mati bagi kita, maka jelas bahwa kematian-Nya itu menunjukkan kasih-Nya kepada kita yang luar biasa.
Saudaraku, kita harus ketahui bahwa kematian Yesus ketika menanggung dosa-dosa kita tidak boleh dengan cara ditombak, tidak boleh dengan cara dipenggal, dan tidak boleh dengan cara dirajam batu. Kematian Yesus harus dengan cara disalibkan, tidak boleh yang lain.
Ul 21:22-23 – “Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang, maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.”
Gal 3:13 – “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”
Pada waktu Yesus mati di atas kayu salib, Yesus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat. Pada saat itu, Dia yang tidak berdosa telah menjadi kutuk karena kita (Gal 3:13a). Karena itulah, kematian Yesus tidak bisa terjadi dengan cara pemenggalan, perajaman atau yang lain, tetapi harus melalui cara yang terkutuk, yaitu penyaliban! Kalau Ia mati melalui cara-cara lain, maka Ia tidak bisa memikul kutuk yang ada pada kita.
Sementara itu, kita harus tahu bahwa cara penyaliban adalah cara kematian yang begitu menyakitkan, karena kaki dan tangan harus dipaku tanpa dibius sama sekali. Tubuh orang yang tersalib juga harus tergantung dengan tangan dan kaki yang terpaku. Bergerak sedikit saja akan membuat sakit, sementara kaki yang dipaku juga harus menopang berat tubuh. Sungguh penderitaan yang luar biasa yang dialami oleh Tuhan Yesus untuk menangggung kutuk kita.
Penderitaan yang demikian berat dialami Yesus oleh karena cinta-Nya kepada kita, karena kesalahan dan dosa kita. Seharusnya kitalah yang dihukum, namun Yesus memilih untuk menggantikan hukuman itu bagi kita.
Yes 53:4-5 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Kitab Yesaya telah memberikan nubuatan mengenai Kristus bahwa penyakit dan kesengsaraan kita dipikul oleh Allah. Tentu yang dimaksudkan di sini adalah penyakit dan kesengsaraan dosa, dan bukan sakit penyakit seperti jantung, ginjal, kanker dan sebagainya. Hal ini perlu kita pahami, karena Tuhan Yesus tidak memikul penyakit-penyakit jasmani sekalipun dalam berbagai kasus mujizat, dapat saja Allah menyembuhkan sakit penyakit jasmani. Ingat bahwa tubuh jasmani ini pada akhirnya akan mati, karena memang tidak ditebus oleh Kristus. Roh jiwa kitalah yang ditebus sehingga kita akan menikmati keselamatan bersama Tuhan Yesus di surga mulia selama-lamanya.
Karena itu, bila Allah telah sedemikian rupa mengasihi kita, hingga Yesus mau mati bagi kita, maka kita harus benar-benar mengasihi Allah. Ingat saudara bahwa satu dosa yang kita lakukan telah cukup membuat diri kita terlempar ke neraka. Namun semua dosa-dosa itu ditanggung oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib, sehingga kita yang mengakui Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat mendapatkan pengampunan dosa secara keseluruhan. Dosa kita dihapuskan bukan hanya dosa-dosa masa lalu, melainkan dosa-dosa di masa yang akan datang juga.
Bila dosa-dosa masa depan tidak ditebus oleh Tuhan Yesus, maka ketahuilah bahwa tidak ada seorangpun yang setelah mengaku Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dapat hidup kudus tanpa dosa sama sekali. Bila dosa-dosa masa depan kita tidak ditebus oleh Tuhan Yesus, artinya kita bisa saja tidak selamat atau kehilangan keselamatan ketika kita berbuat dosa.
Sementara di 2 Kor 1:21-22dikatakan demikian, “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.
Perhatikan bahwa Allah telah memeteraikan kita, bukan dengan meterai yang dikeluarkan negara, namun meterai Allah itu adalah “Roh Kudus”. Bayangkan bahwa meterai yang menjamin kita adalah Roh Kudus, yang adalah Allah itu sendiri, bukan meterai dalam bentuk benda.
Hal ini menunjukkan bahwa diri kita begitu berharga bagi Allah, sampai-sampai memberikan Pribadi Roh Kudus yang adalah Allah sendiri sebagai meterai dan sebagai jaminan bagi keselamatan kita.
Karena itulah saudaraku, mari selama kita hidup, kita terus mengasihi Tuhan dan memberikan yang terbaik dari hidup kita untuk Tuhan. Setialah kepada Tuhan Yesus dan sekali Yesus, tetap Yesus selama-lamanya. Amin
By: Ps Jimmy Lizardo