Marta, Baik dan Buruknya

Marta, Baik dan Buruknya

Marta dan Maria adalah keluarga yang dekat dengan Tuhan Yesus dan Tuhan Yesus juga mengasihi mereka. Mereka tinggal di kampung Betania, dan paling tidak Alkitab mencatat kalau keluarga ini 3 kali berurusan dengan Yesus. Yang pertama adalah di Luk 10:38-42, yang kedua adalah ketika Lazarus mati, di Yoh 11:1-44 dan yang ketiga adalah ketika Maria mempersembahkan minyak narwastu murni di kaki Yesus, di Yoh 12:1-6.

            Dan kali ini saya akan mengambil kisah Marta yang pertama kali bertemu dengan Yesus di rumahnya, yang dicatat di Luk 10:38-42. Mari kita baca Firman Tuhan di Luk 10:38-42

Luk 10:38  Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya

Luk 10:39  Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, 

Luk 10:40  sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” 

Luk 10:41  Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, 

Luk 10:42  tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” 

            Dari pembacaan kita tersebut, kita dapat ketahui apa yang baik dan tidak baik pada diri Marta, dan sekarang saya akan menyampaikan apa yang baik terlebih dahulu;

  1. Di ayat ke 38 yang tadi kita baca dikatakan, “Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan”

Di sini kita bisa belajar dari Marta bahwa ketika Marta mendengar Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan misi, Marta mendukung perjalanan misi ini dengan cara mengundang Yesus ke rumahnya.

Pelayanan misi yang dijalani Yesus dan murid-murid-Nya perlu mendapatkan dukungan secara moral ataupun dalam hal dana, karena kebutuhan pelayanan yang dikerjakan Yesus tentu sangat besar.

Dan tampaknya Marta memiliki hati yang demikian. Ia mendukung sepenuhnya Tuhan Yesus dalam pelayanan misi-Nya.

Bapak Ibu, kalau kita tidak dapat bermisi karena keterbatasan waktu, maka kita bisa memberikan uang kita untuk dana misi. Namun kalau kita tidak punya waktu dan tidak punya dana untuk mendukung misi, maka seharusnya kita memberikan dukungan misi dengan doa-doa kita.

Jangan menjadi orang Kristen yang tidak memiliki waktu untuk bermisi, juga tidak punya uang untuk mendukung kegiatan misi, tidak juga berdoa untuk kegiatan misi. Ambillah paling tidak salah satu bagian tadi agar kita mendukung misi Yesus di dunia ini. jadilah seperti Marta yang mendukung pelayanan misi Tuhan Yesus di dunia ini.

  1. Lanjutan ayat ke 38 yang tadi kita baca dikatakan bahwa “Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.”, kata “menerima” di sini tidak berarti bahwa Yesuslah yang berinisiatif atau meminta untuk mampir ke rumahnya Marta. Kata ini bermakna bahwa Martalah yang mengundang Yesus untuk mampir ke rumahnya.

Undangan ini jelas bukanlah sebuah undangan biasa ataupun hanya sekedar mampir saja. Ini adalah undangan resmi di mana Marta hendak melakukan sebuah jamuan makan yang cukup besar untuk Yesus dan rombongannya, dan ini dibuktikan bagaimana ia sibuk sekali dengan acara ini.

Marta tentu sadar bahwa ketika ia mengundang Yesus, maka yang hadir tidak hanya Yesus, melainkan juga murid-murid-Nya dan rombongan yang cukup banyak. Bahkan ketika ia menerima Yesus, ia pasti menyadari bahwa tetangga-tetangganya juga akan hadir, karena di manapun Yesus diketahui berada, maka akan ada orang banyak yang hadir ingin mendengarkan pengajaran Yesus.

Dari sini kita bisa melihat betapa luar biasanya Marta yang mau mengundang Yesus dan rombongannya. Marta mau berkorban dengan segala persiapannya, ia mau mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menjamu Yesus dan rombongannya. Tentu uang yang dikeluarkan bukanlah uang yang sedikit, melainkan uang yang sangat besar karena pasti ia memberikan menu-menu yang terbaik untuk Yesus dan rombongannya.

Kita harus belajar seperti Marta, bahwa seseorang yang benar-benar mengasihi Yesus pastilah akan memberikan segalanya untuk Tuhan Yesus yang dikasihinya.

Penafsir John Gill mengatakan bahwa Marta ini adalah seorang janda yang kaya, maka sekarang kita bisa melihat bahwa Marta ini mendukung Yesus dalam perjalanan misinya dengan kekayaan yang dimiliki. Ia tidak merasa sayang dan rugi dengan uang banyak yang ia keluarkan. Ia berusaha memberi yang terbaik untuk Tuhan Yesus.

Setelah kita melihat hal yang baik dari Marta, maka kita akan belajar apa yang buruk dari Marta, tentu bukan untuk mencelanya, bukan untuk menghakiminya, melainkan untuk belajar agar diri mawas diri dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

  1. Dikatakan di Luk 10:40 “sedang Marta sibuk sekali melayani.”

Apa yang Marta lakukan, di satu sisi memang baik bahwa ia melayani Yesus, namun kalau pelayanan yang ia lakukan membuatnya tidak dapat mendengarkan pengajaran yang Yesus sampaikan, maka pelayanannya menjadi hal yang tidak tepat. Kalau kita perhatikan sementara Marta sibuk sekali melayani, saudaranya Maria dikatakan di ayat 39 duduk mendengarkan Yesus.

Artinya, seharusnya Marta menjadi seperti Maria yang duduk mendengarkan pengajaran Yesus, dan Marta bisa mendelegasikan tugas-tugas pelayanan kepada para pembantunya.

Namun karena Marta teralihkan perhatian dan pikirannya kepada segala sesuatu yang hendak ia siapkan lagi untuk Yesus, maka hal yang terpenting justru tidak Marta dapatkan; yaitu pengajaran yang Yesus sampaikan yang ingin didengar orang banyak.

Kita dapat aplikasikan hal tersebut pada masa kini, khususnya para pelayan Tuhan.

Para pelayan Tuhan di gereja, yang melayani sebagai worship leader, singer, pemain musik, operator multimedia, bahkan juga hamba Tuhan dan rohaniwan, seringkali merasa tidak perlu mendengarkan khotbah karena telah melayani di bidangnya masing-masing. Padahal mendengarkan khotbah adalah hal yang penting bukan hanya untuk jemaat umum namun penting untuk semua termasuk para pelayan Tuhan.

Marta merasa bahwa pelayanan lebih penting daripada mendengarkan pengajaran yang disampaikan oleh Yesus, dan sekarang kita tahu bahwa hal ini adalah hal yang salah, maka kita sebagai para pelayan Tuhan dan sebagai jemaat, harus memperhatikan khotbah yang disampaikan sekalipun kita sebagai pelayan Tuhan.

  1. Kesibukan yang membuat Marta tidak bisa mendengar pengajaran Yesus adalah kesalahan satu hal, namun hal lainnya yang menjadi kesalahannya adalah; Bahwa Marta kesal kepada Maria yang bisa duduk manis mendengarkan Yesus mengajar, bahkan karena begitu kesalnya Marta, maka ia mengadukan saudaranya itu kepada Yesus dengan harapan Marta mendapatkan pembelaan dari Yesus.

Di Luk 10:40 dikatakan bahwa Marta mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” 

Di sini kita melihat ada kekeliruan yang cukup fatal dari apa yang disampaikan oleh Marta, bahwa Marta mengatakan kepada Yesus bahwa Yesus tidak peduli! Wooww sungguh pernyataan gegabah yang Marta sampaikan. Ia memberikan pernyataan bahwa Yesus tidak peduli dengan dirinya.

Bukankah seringkali kita juga berkata yang sama kepada Tuhan Yesus? Ketika kita menghadapi masalah yang berat, kita berkata kepada Tuhan Yesus bahwa Ia tidak peduli dengan diri kita, sehingga kita harus menghadapi masalah yang berat ini?

Kita mungkin juga berkata bahwa Yesus tidak peduli dengan diri kita atau keluarga kita, karena Yesus tidak berbuat apa-apa untuk menolong diri kita atau keluarga kita yang sedang terkena penyakit berat dan mematikan.

Lalu kita berkata, “Tuhan mengapa Engkau tidak peduli dengan keadaanku? Mengapa Engkau membiarkan semua ini terjadi dan menimpa diriku?” dan pada akhirnya kita marah, kepahitan kepada Tuhan dan bisa saja meninggalkan Yesus.

Jadi apa yang disampaikan oleh Marta adalah pernyataan yang tidak boleh ada dalam hidup kita, apapun keadaan berat yang sedang kita hadapi.

  1. Masih di ayat yang ke 40, dikatakan bahwa Marta menyuruh Yesus “Suruhlah dia (Maria) membantu aku.” 

Bisakah dibayangkan bahwa seorang Marta menyuruh Tuhan Yesus? Bukankah ini hal yang tidak sopan dan kurang ajar?

Namun tahukah saudara bahwa kita juga seringkali melakukan hal ini? Ketika kita berdoa, kita sering kali menyuruh Tuhan, “Tuhan berkati aku”. Seharusnya kita berkata, “Tuhan aku mohon, berkati aku”. Maka hal yang paling dasar dalam berdoa adalah kita harus bisa membedakan antara menyuruh dan memohon.

Bukankah kita selama ini mungkin tidak bisa membedakan antara memohon dan menyuruh? Kita dengan mudah menyuruh Yesus untuk menjaga rumah kita saat kita pergi. Hei.. Dia bukan satpam rumah kita, Dia adalah Tuhan semesta alam, dan kita harus menaruh hormat kepada Raja dan Tuhan kita.

Eph 6:5  Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus.

Kalau untuk tuan di dunia saja kita harus takut dan gentar, maka kita taat kepada Kristus harus lebih daripada tuan kita di dunia.

Bukankah kadang kita berdoa kepada Tuhan untuk menghukum orang yang kita sedang benci? Kita berkata, “Yesus Engkau tahu kalau orang ini sudah melakukan ini dan itu? Sudah selayaknya Engkau menghukum dia Tuhan!” Heii… Yesus itu Allah dan bukan pesuruh, ia bukan polisi yang bisa kita minta membuat laporan penahanan. Ingatlah bahwa Yesus itu Allah dan bukan pesuruh kita.

Karena itu, kita harus belajar di saat ini bahwa kita tidak boleh memiliki keburukan yang dimiliki seperti Marta.

            Setelah kita belajar pada saat ini mengenai kebaikan dan keburukan Marta, maka kita bisa simpulkan bahwa pengenalan akan Allah itu tentu ada proses untuk bertumbuh, berkembang dan semakin dewasa. Demikian juga dengan Marta, ketika ia bertemu pertama kali dan mengajak Yesus ke rumahnya, ia menjamunya, ia juga mendapatkan pelajaran yang begitu berharga dan mahal yang membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

            Dari kisah yang telah saya sampaikan, hal yang terpenting adalah ketika Marta mendapatkan teguran yang keras dari Tuhan Yesus, ia tidak marah dan berusaha membela diri. Ia tidak beradu argumen dengan Yesus. Memang tidak ada ayat lanjutan mengenai respon Marta yang ditegur oleh Tuhan Yesus, namun perlu kita ketahui bahwa Marta pada kemudian hari tetap mengundang dan menerima Yesus ketika saudaranya Lazarus mati. Dan dikatakan di Yoh 11:5  Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. 

Artinya kita bisa simpulkan bahwa teguran Yesus membuat Marta bertobat dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Karena itu, di saat ini saya mengajak kita semua yang mungkin saja tertegur dengan Firman Tuhan pada saat ini, kita datang kepada Tuhan Yesus dengan rasa hormat dan gentar, memohon ampun atas dosa dan kesalahan kita, dan berjuang menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Amin

Similar Posts