Saya telah menyampaikan khotbah mengenai Abraham yang dalam masa tuanya diberkati dengan luar biasa. Kalau kita perhatikan bahwa kita sebagai keturunan Abraham di dalam iman adalah benar, namun mengklaim mendapatkan berkat materi karena kita keturunan Abraham adalah sebuah kekeliruan dalam memahami ayat dan memaksakannya sesuai keinginan kita sendiri. Dan pada saat ini kita juga akan belajar bagaimana Ishak diberkati dengan sangat luar biasa dalam kekayaan jasmani dan kita harus memahami ayat ini dengan benar bukan memaksakan pemikiran kita.
Kita akan membaca ayat di Kej 26:13 “Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya.” Ayat ini menjadi salah satu ayat favorit bagi banyak pengkhotbah. Mereka menyampaikan bahwa kita perlu mencontoh apa yang dilakukan oleh Ishak, sehingga akan menjadi kaya dan semakin kaya.
Para pengkhotbah “menjual janji akan menjadi kaya” agar jemaat tertarik dengan khotbahnya. Juga menjanjikan dan memberikan harapan bahwa Tuhan akan memberikan kekayaan yang melimpah kepada kita kalau kita mencontoh apa yang dilakukan oleh Ishak.
Perlu kita ketahui bahwa kebenaran sebagian yang disampaikan dan menutupi kebenaran yang lain, adalah kejahatan yang dilakukan oleh para pengkhotbah bila mereka dengan sengaja memanipulasi ayat-ayat seperti yang telah kita baca. Namun bila pengkhotbah tidak mengetahuinya maka seharusnya ia lebih banyak belajar agar mengetahui mengenai konteks keadaan ketika peristiwa tersebut terjadi sehingga ia dapat memberitakan kebenaran firman Tuhan.
Tentu menjadi kaya adalah impian semua orang dan hal ini tidak salah. Namun yang terpenting adalah bagaimana caranya menjadi kaya, harus dengan cara yang benar. Termasuk mengkhotbahkan Ishak menjadi kaya juga harus dengan konteks yang benar, bukan asal mengambil ayat dan mencocokkan dengan pemikiran kita sendiri, dan hal ini akan sangat berbahaya bila dikhotbahkan dan dipercayai oleh Jemaat. Pengkhotbah bisa menyesatkan cara berpikir jemaat dan kalau sudah terjadi, pengkhotbahlah yang harus bertanggung jawab. Karena itulah
sebagai pengkhotbah, harus benar-benar berhati-hati dalam berkhotbah agar tidak salah dalam menyampaikan firman Tuhan.
Mari kita perhatikan dua fakta yang sering dipakai oleh para Pengkhotbah dan akhirnya berujung pada kesalahan pemahaman pada apa yang sebenarnya terjadi.
Ada 2 fakta yang biasanya disampaikan pengkhotbah, yaitu;
Fakta pertama bahwa Ishak menjadi kaya, kian lama kian kaya adalah sebuah fakta yang memang benar dan tidak dapat dibantah. Dan biasanya pengkhotbah mengatakan bahwa Ishak menjadi sangat kaya karena Ishak menabur terlebih dahulu. Perhatikan Kej 26:12 “Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN.”
Fakta kedua adalah karena Ishak menabur, maka Ishak diberkati ratusan kali lipat dan menjadi kaya dan semakin kaya. Memang benar bahwa Ishak menabur dan dalam taburannya itu Ishak mendapatkan hasil seratus kali lihat karena diberkati Tuhan. Ini adalah fakta dan memang benar.
Dan dari dua fakta itu, biasanya digabungkan dan kemudian disimpulkan bahwa kita harus menabur seperti Ishak maka kita akan diberkati seratus kali lipat sehingga kita akan menjadi kaya, kian lama kian kaya dan menjadi sangat kaya. Lalu pengkhotbah menantang jemaat untuk menaburkan uangnya di gereja dan Tuhan akan memberkati mereka berlipat kali ganda.
Di
manakan kekeliruan fatal para pengkhotbah yang menyampaikan mengenai Ishak yang
kian lama kian kaya ini? Mari kita lihat kebenarannya;
1. Benar bahwa Ishak menabur dan ini adalah
fakta. Namun yang ditaburkan Ishak bukanlah uang, apalagi uang persembahan yang
dikonotasikan oleh para pengkhotbah.
2. Yang Ishak taburkan adalah benih gandum
atau jelai atau biji-bijian. Bukanlah menaburkan uang.
3. Lalu mengapa Ishak bisa diberkati dengan
luar biasa? Langkah iman apakah yang membuat Tuhan memberkati Ishak dengan
berkat ratusan kali lipat? Nah pertanyaan inilah yang akan saya sampaikan pada
khotbah pada saat ini.
Mari kita perhatikan Kej 26:1-3 Maka timbullah kelaparan di
negeri itu. –Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi
dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja
orang Filistin.
Maka dari pembacaan yang kita baca, kita mendapatkan informasi penting
bahwa pada saat itu terjadi kelaparan. Mengapa sampai terjadi kelaparan pada
saat itu? Perlu kita ketahui bahwa awal mula terjadinya kelaparan adalah karena
tidak turun hujan. Pada masa itu, pertanian membutuhkan air yang hanya
didapatkan dari hujan. Dan ketika hujan tidak turun dalam jangka waktu yang
cukup lama, maka akan terjadi kekeringan, dan karena kekeringan terjadi, maka
tanaman pertanian akan mati karena tidak ada air. Dan karena tanaman pertanian
tidak dapat dituai, maka tidak ada bahan makanan. Dan karena itulah maka
terjadi kelaparan.
Jadi pada masa itu, semua orang tidak mungkin menabur karena tidak ada
air. Menabur benih gandum atau jelai adalah pekerjaan yang sia-sia dan hanya
membuang-buang benih yang seharusnya dapat langsung dimakan saja. Maka
orang-orang pada masa itu akan menghemat benih yang dimiliki untuk dimakan dan
bukan ditaburkan.
Sekarang kita melihat apa yang Ishak lakukan di Kej 26:12 “Maka menaburlah Ishak di tanah
itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia
diberkati TUHAN. ; bahwa Ishak menaburkan benihnya”
Pada masa itu, mungkin hanya Ishak yang melakukan tindakan iman yang luar
biasa ini, sementara orang lain yang mengetahui hal ini akan menyimpulkan bahwa
tindakan Ishak ini adalah tindakan yang konyol dan bodoh.
Menurut perhitungan orang, maka adalah hal yang benar bila menyimpan
benih yang dimiliki untuk dimakan sedikit-sedikit, dan bukan dibuang untuk
ditaburkan. Karena bila ditaburkan dan tidak tumbuh karena tidak ada air, maka
benih-benih yang ditaburkan akan sia-sia dan tentu saja hal ini akan mengurangi
bahan makanan yang dimiliki. Maka orang akan melihat bahwa hal yang bijak
adalah tidak menabur hingga turun hujan.
Namun apa yang Ishak kerjakan sama sekali berbeda dengan cara berpikir
orang pada masa itu. Ishak menaburkan sebagian benih yang dimiliki, dan apakah
Ishak langsung mendapatkan tuaian secara instant? Mari kita perhatikan ayat
berikut ini sekali lagi dengan lebih teliti; Kej 26:12 “Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu
juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN.” Dalam
KJV tidak ada kata “juga”, maka kalau kita hilangkan ayat itu, kita dapat
membayangkan bahwa ketika Ishak menabur, ia tidak menuai secara instant,
melainkan pada tahun itu ia menuai, artinya ada waktu yang cukup lama hampir
dalam hitungan tahun Ishak berjuang dengan benih yang telah ia taburkan. Ishak
harus mencari air ke tempat-tempat yang jauh, menggali sumur dengan sangat
dalam dan berjuang merawat benih-benih yang ia taburkan agar tidak mati.
Dan perjuangan yang Ishak
lakukan ini sangat tidak mudah namun Ishak mampu menghadapi berbagai kesulitan
untuk mendapatkan air, dan setelah proses yang cukup lama pada akhirnya ia
menuai hasil yang tidak disangka-sangka karena tanamannya menghasilkan buah
seratus kali lipat. Dan karena di masa itu masa kekeringan, maka Ishak bisa menjual
hasil tuaiannya ini dan siapapun akan membeli gandum atau jelainya. Karena
itulah Ishak menjadi orang yang sangat kaya dan kian lama kian kaya, karena
hasil penjualan gandum atau jelainya dibeli oleh orang-orang di masa itu
berapapun harganya.
Nah, setelah kita mengetahui
hal ini, maka kita dapatkan kesimpulan bahwa taburan yang Ishak kerjakan
bukanlah menabur uang, namun menabur benih tanaman dan diperjuangkan sampai
dituai lalu dijual dan uang itulah yang membuatnya menjadi sangat kaya.
Maka kita dapat simpulkan bahwa
kalau orang mau diberkati seperti Ishak, maka harus ada keyakinan akan berhasil
sekalipun situasi saat itu sangat sulit, ada keuletan untuk merawat tanamannya,
memiliki jiwa pantang menyerah apalagi dalam usahanya mencari air yang sangat
sulit dan langka, dan akhirnya perjuangan ini membuahkan hasil yang melimpah
dan penjualannya mendatangkan keuntungan seratus kali lipat.
Nah, kalau kita mau diberkati
seperti Ishak, maka kita harus mengetahui apa yang ia kerjakan. Dan juga
mengerti bahwa kekayaan yang Ishak dapatkan tidak seperti yang pengkhotbah
sering sampaikan. Ada proses yang berat dan tidak semua orang mampu jalani.
Saudara, hidup di dalam Tuhan
itu bukan menabur uang lalu menuai uang. Tidak pernah ada Alkitab mengajarkan
demikian. Apa yang baru saja kita pelajar, Ishak menaburkan benih saat semua
orang sedang memakan benihnya. Ini merupakan tindakan iman dan juga langkah untuk
membuat kesempatan di dalam kesempitan. Tidak semua orang berani mengambil
langkah sulit seperti ini, karena memiliki risiko yang besar.
Setelah kita belajar kisah Ishak yang diberkati dengan sangat luar biasa, maka ada beberapa hal yang perlu kita
perhatikan;
a.
Ishak menabur gandum atau jelai pada saat semua
orang justru tidak ada yang menaburkan gandum atau jelai, karena lebih baik
memakannya daripada menaburkan namun memiliki risiko taburannya akan mati.
b.
Ishak mengusahakan memperoleh air dengan
berbagai cara, dan ini perjuangan yang berat di masa kekeringan saat itu, namun
ia tidak menyerah untuk mendapatkan air. Sementara semua orang tidak berani
mengambil risiko, justru Ishak menciptakan peluang di tengah risiko yang ia
ambil.
c.
Sebagai anak-anak Tuhan kita harus mencontoh
seperti Ishak yang berani mengambil langkah iman dan menciptakan peluang
sehingga usaha yang kita kerjakan bila berhasil akan memperoleh hasil yang luar
biasa, tentu saja harus dengan perhitungan yang matang.
d.
Sebagai orang Kristen kita jangan hanya menelan
apa yang disampaikan para pengkhotbah, melainkan harus belajar mandiri Firman
Tuhan sehingga kita mendapatkan kisah yang benar dan tidak disesatkan dengan
informasi yang salah.
Mari pada saat ini kita berdoa kepada Tuhan agar
kita dapat melihat peluang-peluang yang ada di sekitar kita sehingga kalau kita
dapat menangkap peluang ini, hidup kita akan diberkati dengan luar biasa. Amin