Dan pada kesempatan kali ini kita bersama-sama belajar kembali kisah Yusuf di Kej 37:5-11
Kej 37:5 Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya.
Kej 37:6 Karena katanya kepada mereka: “Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini:
Kej 37:7 Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu.”
Kej 37:8 Lalu saudara-saudaranya berkata kepadanya: “Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?” Jadi makin bencilah mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu.
Kej 37:9 Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: “Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku.”
Kej 37:10 Setelah hal ini diceritakannya kepada ayah dan saudara-saudaranya, maka ia ditegor oleh ayahnya: “Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?”
Kej 37:11 Maka iri hatilah saudara-saudaranya kepadanya, tetapi ayahnya menyimpan hal itu dalam hatinya.
Dalam pembacaan kita tadi, dikatakan bahwa suatu kali Yusuf bermimpi dan Yusuf menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya sendiri. Di sini saya juga pernah mendengar beberapa kali pengkhotbah yang berkata bahwa tindakan Yusuf menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya adalah hal yang salah karena membuat saudara-saudaranya lebih benci kepada Yusuf.
Mari kita melihat dan memeriksa pembacaan kita tadi apakah Yusuf salah ketika menceritakan mimpinya kepada saudaranya;
Pertama, Alkitab sama sekali tidak menyampaikan bahwa Yusuf salah.
Kedua, Yusuf bercerita mimpinya ini kepada saudara-saudaranya sendiri dan Yusuf sama sekali tidak mengartikan mimpinya itu karena memang ia tidak mengerti arti mimpinya.
Ketiga bahwa sikap memusuhi Yusuf adalah sikap yang salah dan tidak dapat dibenarkan. Yakub telah yang pilih kasih kepadaYusuf sehingga membuat Yusuf semakin dibenci saudara-saudaranya sendiri.
Jadi di sini terlihat bahwa sama sekali bukan kesalahan Yusuf kalau ia menceritakan mimpi itu kepada saudaranya dan membuat saudaranya semakin iri kepadanya. Karena itulah sebagai pengkhotbah kita harus jeli melihat sebuah permasalahan agar dapat menyampaikan Firman Tuhan dengan tepat dan benar.
Saya ulangi sekali lagi bahwa dalam hal Yusuf menceritakan mimpinya, sama sekali bukan kesalahan Yusuf. Sementara Yakub sebagai orang tua yang berbuat pilih kasih terhadap anak-anaknya telah memicu iri hati di antara anak-anaknya, karena itulah karena saudara-saudara Yusuf iri terhadap Yusuf.
Menariknya dalam ayat yang telah saya sampaikan tadi terlihat bahwa jusru saudara-saudara Yusuf yang menafsirkan mimpi Yusuf, tafsiran mimpi saudara-saudara Yusuf pada akhirnya kita ketahui bahwa memang benar Yusuf menjadi pemimpim mereka. Namun ada hal yang sama sekali berbeda dengan kenyataan yang terjadi. Saya kembali bacakan di Kej 37:8 demikian, “Lalu saudara-saudaranya berkata kepadanya: “Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?”
Di sini terlihat dengan jelas bahwa kejadian Yusuf menjadi raja atas mereka bukanlah keinginan Yusuf sama sekali. Yusuf sama sekali tidak memiliki keinginan atau bahkan tidak memiliki imajinasi hingga ingin menjadi raja bagi mereka. Alih-alih saudaranya berkata bahwa mereka juga tidak mengerti arti mimpinya, saudara-saudaranya malah menafsirkan secara sembarangan dengan ditambahkan bahwa Yusuf ingin menjadi raja atas mereka. Tentu perkataan saudara-saudara Yusuf ini didasari karena rasa iri hati yang telah ada di hati mereka. Namun Yusuf tampaknya bersikap biasa saja terhadap masalah iri hati saudaranya.
Di sini kita bisa belajar bahwa sikap iri hati justru akan menyulitkan diri kita sendiri. Di dalam Perjanjian Baru ada hal yang menarik mengenai sikap iri hati ini, bahwa sikap iri hati disandingkan dengan perselisihan. Mari kita simak ayat-ayat di bawah ini
Rom 13:13 Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati.
1 Kor 3:3 Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?
2 Kor 12:20 Sebab aku kuatir, bahwa apabila aku datang aku mendapati kamu tidak seperti yang kuinginkan dan kamu mendapati aku tidak seperti yang kamu inginkan. Aku kuatir akan adanya perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, fitnah, bisik-bisikan, keangkuhan, dan kerusuhan.
Gal 5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
Dari ayat-ayat tersebut yang telah saya bacakan terlihat dengan jelas bahwa di mana ada iri hati, maka akan muncul perselisihan. Dan karena saudara-saudara Yusuf iri hati kepadanya, hal itu membuat munculnya benih-benih perselisihan yang tersimpan di hati saudara-saudara Yusuf masing-masing.
Setelah mimpi pertama diceritakan kepada saudara-saudaranya, selang beberapa waktu lamanya Yusuf memimpikan juga mimpi yang lain dan hal ini diceritakan kembali kepada saudara-saudaranya dan juga ayahnya. Tampaknya Yusuf terkejut dengan mimpi kedua yang mirip dengan mimpi pertama. Namun Yusuf tentu tidak pernah memiliki pemikiran bahwa ia akan menjadi raja karena suku Israel bahkan juga belum terbentuk sama sekali, mereka adalah pendatang di tanah Kanaan pada saat itu.
Dan karena keresahan hati Yusuf akan mimpinya ini, maka Yusuf sampai menceritakan kepada ayahnya Yakub dan Yakub malahan menegur Yusuf dengan keras. Kembali Yusuf mendengar bahwa mimpi yang tidak diketahui artinya ini justru diartikan oleh ayahnya dengan perkataan di Kej 37:10 “Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?” dan kemudian disambung lagi dengan ayat 11 yang mengatakan “Maka iri hatilah saudara-saudaranya kepadanya, tetapi ayahnya menyimpan hal itu dalam hatinya”.
Ayat 11 yang saya baca tadi mengatakan bahwa kembali saudara-saudaranya iri kepada Yusuf. Jadi Alkitab sudah mengatakan sebanyak dua kali bahwa saudara-saudara Yusuf iri kepadanya. Tentu ini hal yang sangat serius karena iri hati pada akhirnya membuat perselisihan di antara mereka.
Iri hati dalam diri saudara-saudara Yusuf membuat mata hati saudara-saudaranya menjadi buta. Iri hati ini seperti racun yang merusak pikiran saudara-saudara Yusuf. Kita sama-sama tahu bahwa pada akhirnya saudara-saudara Yususf berniat untuk membunuh Yusuf namun karena dicegah oleh Ruben, dan akhirnya Yusuf dijual kepada orang Ismael. Berhati-hatilah karena Iri hati bisa berujung kepada pembunuhan.
Ingat kisah Kain dan Habel? Suatu saat Kain mempersembahkan persembahan dari hasil tanahnya kepada Tuhan namun tidak diterima oleh Tuhan, sementara persembahan Habel berasal dari lemak kambing dombanya dan diterima oleh Tuhan. Karena persembahan Kain tidak diterima oleh Tuhan, Kain menjadi marah dan melampiaskannya dengan membunuh adik kandungnya sendiri.
Ini sungguh mengherankan karena seharusnya Kain marah kepada Allah yang tidak menerima persembahannya dan bukan kepada Kain adiknya. Iri hati Kain karena persembahannya tidak diterima oleh Allah dan kemudian membunuh adiknya merupakan sebuah tindakan yang begitu jahat.
Persitiwa terjadinya pembunuhan itu sebenarnya belum lama dari peristiwa ketahunan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Belum pernah ada pembunuhan sama sekali, tidak ada saling menyakiti atau memukul atau berkelahi. Tidak ada konsep itu sama sekali. Dan Adam Hawa tentulah banyak bercerita kepada Kain dan Habel perihal kehidupan mereka ketika masih berada di taman Eden dan bagaimana mereka berjalan bersama-sama Allah di taman Eden.
Bahkan bukan hanya itu, Kain juga bercakap-cakap dengan Allah ketika Allah menegur Kain mengapa hatinya panas dan mukanya muram (Kej 4:6). Namun sangat disayangkan sekali bahwa Kain membunuh Habel adiknya di mana ini adalah pembunuhan yang pertama kali setelah peristiwa kejatuhan Adam dan Hawa. Di sinilah kita harus ketahui betapa berbahanya sikap iri hati karena iri hati pada akhirnya bisa membunuh seseorang.
Ingat kisah para ahli Taurat dan imam-imam kepala yang iri dengki kepada Yesus? Tercatat di Markus 15:10 yang mengatakan, “Ia (Pilatus) memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki.” Di sini terlihat bahwa para imam kepala, seseorang yang seharusnya tahu bahwa mereka seharusnya menjadi panutan, seseorang yang mengajarkan hukum Taurat, yang menjalankan ibadah di Bait Suci, namun hatinya tidak mampu ditahan untuk tidak iri dan dengki.
Kepopuleran Yesus dan banyaknya para pengikut Yesus membuat para imam kepala dan ahli Taurat begitu membenci Yesus. Karena kebencian di dalam hati yang memuncak pada akhirnya membuat mereka mencari kesempatan untuk menyingkirkan dan membunuh Yesus.