Pada saat ini, ada dua hal yang akan saya sampaikan;
1. Penyertaan Tuhan ketika Yusuf berada di dalam lembah kekelaman.
Sekalipun Yusuf berada di situasi yang sulit dan dalam penderitaan, ternyata ada penyertaan Allah di dalam penderitaan tersebut. Perhatikan di Kej 39:2, dan Kej 39:20-21, “Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana.
Sementara di Kej 39:21 “Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu.”
Bapak Ibu, menjadi seorang budak saja sudah merupakan penderitaan yang sangat berat bagi Yusuf karena seorang budak memiliki pemahaman demikian, bahwa: “Tidak ada budak yang akan menjadi orang merdeka kembali”, atau “sekali budak akan tetap menjadi budak selamanya.”
Inilah kenyataan perihal budak di masa itu. Para budak tidak memiliki kebebasan dan kemerdekaan di dalam hidupnya. Karena itulah Yusuf yang telah menjadi seorang budak tidak memiliki hak untuk memberikan penjelasan mengenai asal-usulnya kepada Potifar. Memang demikianlah kondisi dan kehidupan budak pada masa itu.
Jadi bisa dibayangkan bila Yusuf yang sebelumnya merupakan anak dari Yakub yang paling disayang dan mendapatkan banyak keistimewaan, namun tiba-tiba menjadi seorang budak tanpa harapan dan masa depan.
Dan dalam kondisi inilah di Kej 39 ayat ke 2 dikatakan bahwa Tuhan menyertai Yusuf. Namun perlu diketahui bahwa penyertaan Tuhan pada Yusuf ini bukan dalam penampakan ataupun mimpi. Yusuf sama sekali tidak melihat Allah dan tidak memimpikan Allah. Yusuf hanyalah seorang anak muda yang tetap memiliki rasa takut akan Allah sekalipun situasi dan kondisinya sangat buruk.
Ketika Yusuf tetap menaruh percayanya kepada Allah, tidak marah kepada Allah, tidak menyangkal dan tidak meninggalkan imannya, tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang semakin membuat hidupnya berada di dalam jurang penderitaan. Zaman sekarang kita mengenal istilah “sudah jatuh tertimpa tangga”. Inilah kondisi yang sedang dialami oleh Yusuf.
Penyebab Yusuf masuk ke dalam penjara adalah karena ia tidak mau menerima ajakan istri Potifar untuk tidur bersamanya. Pada masa itu, menjadi budak kesayangan dan menjadi simpanan dari tuan rumah merupakan sesuatu hal yang sangat istimewa karena akan mendapatkan berbagai fasilitas dan kemudahan di dalam hidupnya daripada sekedar menjadi budak seumur hidupnya.
Namun Firman Tuhan mengatakan bahwa Yusuf menolak ajakan tidur istri Potifar karena Yusuf menyadari bahwa kepercayaan yang telah ia terima dari tuannya Potifar tidak boleh ia khianati, dan yang lebih penting dari hal itu adalah bahwa Yusuf tetap memiliki rasa “takut akan Allah”. Perhatikan Kej 39:9, “Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?”
Di sini kita bisa melihat bahwa sekalipun Yusuf berada dalam penderitaan sebagai budak, namun ia tetap mempercayai Allah dengan sepenuh hati. Dan karena kepercayaannya kepada Allah inilah yang pada akhirnya membuat Yusuf justru masuk ke dalam penjara. Firman Tuhan mengatakan bahwa penjara yang ditempati Yusuf ini bukanlah penjara biasa, melainkan penjara khusus bagi para pemberontak yang memberontak atau melakukan kejahatan sangat besar terhadap raja.
Kej 39:20 Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana. Bahkan kondisi Yusuf saat itu bukan saja dikurung, namun dikatakan di Maz 105:18, “Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi”
Inilah kondisi Yusuf yang begitu buruk dan sangat menderita. Mengenakan belenggu besi pada leher membuat penderitaan sangat hebat, karena besi yang dikenakan sangatlah berat sehingga membuat leher menjadi sakit. Yusuf juga tidak bisa bergerak dengan leluasa, karena leher dan kakinya dibelenggu dengan besi yang kotor, berkarat dan berat.
Namun di dalam penderitaan yang amat sangat luar biasa ini, kembali penulis kitab Kejadian yaitu Musa mengatakan di Kej 39:21 demikian, “Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu.
Penyertaan Tuhan kepada Yusuf ini kembali muncul ketika Yusuf justru berada di dalam lembah kekelaman, berada di dalam jurang penderitaan. Hal ini sebenarnya tidak lazim di masa sekarang ini, karena begitu banyak hamba Tuhan yang mengatakan bahwa penyertaan Tuhan dibuktikan dengan berkat yang semakin melimpah, dengan sembuhnya sakit penyakit, kehidupan yang semakin naik tinggi menjadi kepala dan bukan ekor, mendapatkan berkat materi, doa-doa yang terjawab, dan lain sebagainya.
Sementara bila mengalami penderitaan demi penderitaan, mengalami sakit penyakit, kebangkrutan, dan lembah kekelaman maka banyak hamba Tuhan yang menyamakan hal ini dengan kutukan dari Tuhan, kemarahan dari Tuhan, hajaran dari Tuhan ataupun karena akibat tidak memberikan persepuluhan, tidak memberikan persembahan, dan sebagainya.
Di sini kita harus ketahui bahwa penyertaan Tuhan pada diri Yusuf yang dituliskan 2 kali dalam Kejadian pasal 39, “bahwa Tuhan menyertai Yusuf” justru ketika Yusuf berada di dalam gelapnya hidup dan di dalam jurang penderitaan yang begitu berat.
1 Kor 15:31 mengatakan “Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar.” Di dalam perjanjian baru, Rasul Paulus juga mengalami kehidupan yang sangat berat di dalam melayani Tuhan. Namun sekalipun demikian kita tahu bahwa Tuhan menyertai perjalanan pelayanan Rasul Paulus dengan luar biasa.
Jadi pada saat ini saya mengajak kita semua untuk memahami bahwa penyertaan Tuhan tidak selalu ditunjukkan hanya pada keadaan yang baik, namun keadaan yang buruk pun Tuhan ada di sana. Apapun penderitaan yang sedang kita alami, teruslah beriman percaya kepada Tuhan bahwa Ia menyertai kita dan tidak pernah meninggalkan kita.
2. Yusuf sebagai utusan Allah
Menarik bila kita melihat di Maz 105:16-17 “Ketika Ia mendatangkan kelaparan ke atas negeri itu, dan menghancurkan seluruh persediaan makanan, diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak.”
Di sini dalam sudut pandang Allah, kita bisa ketahui bahwa perjalanan Yusuf menjadi budak semata-mata karena Allah mengutus Yusuf untuk menyelamatkan Yakub dan seluruh keturunannya yaitu bangsa Israel dari benacara kelaparan yang mengancam kehidupan mereka. Maka di sini kita bisa melihat bahwa Yusuf yang merupakan seorang utusan Allah di dunia ini ternyata tidak mudah dalam menjalani kehidupannya.
Yusuf mengalami penderitaan yang begitu hebat selama 13 tahun lamanya. Ini bukanlah waktu yang singkat untuk dijalani karena ketika Yusuf menjalani kehidupannya yang berat itu, ia tidak pernah tahu bahwa penderitaannya akan berakhir dan mencapai sebuah kepemimpinan no 2 di Mesir. Bahkan Yusuf juga tidak tahu bahwa ia merupakan seorang utusan yang diutus oleh Allah.
Yusuf menjalani semua kehidupannya tanpa ia ketahui seperti apakah perjalanan kehidupannya di masa yang akan datang. Yusuf sama seperti kita yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Yusuf hanya menjalani kehidupannya dengan rasa takut akan Allah, sekalipun dalam situasi yang sangat buruk. Yusuf menjalani kehidupan dengan damai sekalipun keluarganya menyakitinya dan membuatnya menderita dengan menjadi seorang budak.
Memang Yusuf yang menjalani kehidupannya saat itu tidak mengetahui apa yang terjadi pada masa depannya. Namun kita anak-anak Tuhan yang telah membaca kisahnya ini, sekarang bisa memahami bahwa ternyata ketika Tuhan mengutus seseorang, bisa saja akibat utusan ini membuat orang tersebut mengalami penderitaan yang luar biasa dalam hidup. Tentu saja penderitaan yang dialami bukan akibat dosa atau kesalahan kita sendiri.
Dan perlu kita ketahui bahwa sebenarnya kita sebagai anak-anak Tuhan adalah utusan-Nya juga di dunia ini. Perhatikan beberapa ayat Alkitab di bawah ini;
1) Mat 10:16 “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
2) Mat 28:19-20 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.
3) Markus 16:15 – “Lalu kata-Nya kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
4) Lukas 9:2 – “Dan Ia mengutus mereka memberitakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang-orang sakit.”
5) Yohanes 20:21 – “Yesus berkata pula kepada mereka: “Sebagai Bapa telah mengutus Aku, demikianlah Aku mengutus kamu.””
6) Kisah Para Rasul 1:8 – “tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
7) 2 Korintus 5:20 – “Sebab itu kami adalah utusan-utusan Kristus, seolah-olah Allah menasihati oleh kami; maka kami meminta demi nama Kristus: “Berilah dirimu berkenan dengan Allah.””
8) Efesus 6:20 – “Bagi Injil itulah aku menjadi utusan, bertugas mengikatkan diriku sendiri.”
Jadi dengan memahami bahwa Tuhan menyertai kita anak-anak-Nya dalam segala kondisi, entah baik ataupun buruk, maka kita harus tetap beriman kepada Allah kalau situasi hidup kita sedang buruk dan menderita. Ingat seperti Tuhan menyertai Yusuf, demikian juga ada Tuhan menyertai hidup kita.
Dan sama seperti Yusuf yang merupakan seseorang yang diutus oleh Allah untuk menyelamatkan keluarganya dan menyelamatkan kehidupan bangsa Israel, demikian juga kita anak-anak Tuhan merupakan utusan Allah di tengah dunia yang jahat ini.
Karena itu saya mengajak Ibu Bapak sekalian untuk terus setia kepada Allah dan terus menjadi utusan Allah di dunia ini. Terus bersinar menerangi gelapnya dunia ini dan memberikan pengaruh yang baik kepada lingkungan buruk di sekitar kita. Amin
Ps Jimmy Lizardo